Wednesday, July 07, 2004

Sakit Jantung

(Ceritanya flesbek ke 2 hari lalu!)

Ray dan Ummi sedang nonton Sinetron "Canda"
(Aduh Ummi...apa ngga ada tontonan lain?)
Saat adegan dirumah sakit, digambarkan ayah Canda tengah terbaring lemah dengan selang dihidung sebagai alat bantu pernafasan, banyak kabel menempel di dadanya, mendeteksi keberadaan denyut jantung.
Suara latar...isak tangis dan "bip...bip...bip."

"Mi, kok selangnya kehidung?" tanya abang sambil mencolek lengan Ummi.
Ummi mulai berkaca-kaca.
"Oh...e, itu untuk membantu bernafas." sahut Ummi terpecah konsentrasinya.
"Kok di dadanya ditempel-tempelin kabel Mi?" sahut Ray lagi. Kali ini dengan sedikit mengguncang lengan Ummi, menuntut perhatian penuh.
"Hmh...itu karena Ayahnya Canda lagi sakit jantung, jadi ditempelin kabel buat denger detak jantungnya." jawab Ummi mencoba berbagi perhatian.
Dahi Ray berkerut...dan manggut-manggut.

Kemudian...
"Biiiiiiiiiiiiiiiiiiii........p!"
Pecahlah tangis dari orang yang ada disekitar ayah Canda.
Ayah Canda mati!

"Lho kenapa kok pada nangis Mi?" Ray penasaran.
Ummi menoleh ke arah Ray, seraya mengelus-ekus kepalanya.
"Lho Ummi kenapa nangis juga?" Ray keheranan.
"Ayahnya Canda meninggal Bang." jawab Ummi sambil menyeka air mata yang percuma.
"Meninggal?"
"Kenapa?"
"Meninggal itu mati Bang." Ummi mencoba menjelaskan.
"Iya Mi...meninggalnya kenapa, kena tembak, apa ketablak mobil?"
"Meninggalnya karena sakit jantung Bang." Ummi berusaha mempertegas.
"OH...kalo sakit jantung itu bisa meninggal ya Mi?" tanya Abang sambil menegakkan posisi duduknya.
"Iya..." jawab Ummi singkat.
Kali ini Ray manggut-manggut lagi.

(Ting! dari flesbek...ke kejadiannya kemarin)
Aku pulang cepat karena nggak mau ketinggalan "Lagi" six feet under.
22.10 Kuketuk pintu.
Ummi membukakan pintu, tapi Ray yang pertama kulihat dari balik puntu.
"Assalamualaikum....lho kok belon bobo nak?" berakting kaget.
Dibalas senyuman lucu si Abang seperti biasa.
"Assalamualaiku!" kuucap lagi meminta jawabannya.
"Wa'alaikum salam." sambil mengulurkan tangan kanannya padaku.
Setelah ritual cium tangan, berbagi cium pipi dan peluk untuk Ray dan Ummi, aku kebelakang untuk meletakkan tas/sepatu.
Ray mengikutiku dari belakang.
Sambil meletakkan sepatu, kulihat Ray tengah membuka tas yang kuletakkan sebelumnya didekat pintu. Dikeluarkannya Koran jatah yang kubawa pulang.
Sambil duduk dilantai, ia mulai membalik-balik halaman koran, dan mulutnya mulai berceloteh...

"Bi, besok beli Kacang Galuda ya Bi!" katanya seraya menoleh kearahku yang tengah ganti baju.
"Di Alfa Bi!" tambahnya.
"Lho kok kacang?...bukannya abang lagi batuk?" jawabku beralasan.

"Bukan buat Abang...tapi buat Abbi!"
"Bial Abbi nggak sakit jantung, makan Kacang Galuda, Bi!"
"Soalnya kalo sakit jantung nanti bisa meninggal lho Bi!"

Aku nggak bisa ngomong apa-apa...sementara dari depan TV terdengar Ummi cekikikan mendengar percakapan aku dan Rayhan.
Aku yang belum sempat mencari celana pendek melongok dan melotot ke Ummi, "Ummi yang ngajarin?"
"Enggak!" geleng Ummi cepat sambil melotot juga dan tetep ketawa.
"Kok Abang ngomongnya begitu?" tanyaku sambil jari jempolku mengarah ke Ray yang ada di dekat pintu belakang...acuh...duduk di lantai dan masih tetap lihat-lihat gambar di koran.

Setelah mendengarkan penjelasan Ummi "Lagi?" sedikit lega aku.
Televisi bisa bikin bodoh, tapi juga bisa bikin pinter.
Tergantung apa dan siapa yang dilihat.
Serial Sinetron Canda yang bagiku bisa bikin bodoh, dan Iklan kacang garuda yang bagiku terlalu komersil, melahirkan slogan baru dari Ray.
"Biar nggak sakit jantung, makan dong kacang Garuda."

BAH!

Monday, July 05, 2004

Coblosan

"Bi...bangun Bi!"
(lamat-lamat setengah sadar aku dengar suara si Abang).
"Hmeeeh......"
(aku masih ngantuk karena nonton separuh babak sepak bola semalam).
"Woy...Abbi! Bangun Bi!"
(semangat betul nih anak).
"Ayo Nyoblos Bi...."
(mulai mengguncang-guncang badanku).
"Nyoblos pakai hati Nulani Bi!"
(Katanya sambil telunjuk kirinya ke dada)
"HAH?"
(Siapa juga yang ngajarin?)

Aku langsung terduduk...salah apa aku sepagi ini dinasehati anak yang belum genap 4 tahun?
Kucari tahu ke Ummi, siapa yang ngajarin ngomong "Hati Nurani?!"

Fuih! (setelah mendengar penjelasan Ummi).
Iklan layanan masyarakat menyambut pemilu itu telah dihafalnya diluar kepala.

Debat Capres

"Mi' abang mau ikut pemilu!"
"Emangnya abang tau pemilu itu apa?"
"Tau!... Pemilu itu kan milih caples sama cawaples!"
"Abang kan masih kecil."
"Lho! Abang kan udah gede, kan abang mau punya dede."
"Kata Ummi... abang udah gede soalnya mau punya dede."
"Emangnya kalo abang ikut pemilu mau milih siapa?"
"Abang mau milih Amin Lais!"
"Lho kok Amien Rais?! Bukannya Ibu Mega?"
"Soalnya kalo Ibu Mega ngomongnya lama!"

(percakapan ini terjadi saat mereka berdua tengah menyaksikan debat capres/cawapres, antara pasangan Amien Rais dan Megawati di TVRI).

Mimpi Kali Ini...

"Semalam Ummi bermimpi ada Naga, Bi!" kata Ummi serius.
"Naga?"
"Iya!"
"Dulu waktu kamu lagi hamil Rayhan mimpi apa...singa?" kataku coba mengingat-ingat.
"Bukan! Waktu hamilnya abang, Ummi mimpi ketemu Gus Dur sama Megawati."
"Oh, iya aku lupa." tambahku cengengesan.

(Aku coba mengingat-ingat saat itu)
Saat dimana kami berdua masih tinggal di sebuah kamar ukuran 3x3 meter persegi, pada lantai dua di Klaten.
Banyak prediksi dari para tetua—kebanyakan sih dari mertua—kami yang memperkirakan seperti apa anak kami kelak. Saat itu Gus Dur adalah Presiden dan Megawati wakilnya.
Dalam mimpi Ummi, Gus Dur tengah "mencilukba" anakku yang berada di timangan Megawati.
Aku tidak banyak ambil pusing, semuanya kuamini yang menurutku baik.

"Wah, naganya segede apa mi?" tanyaku penasaran.
(Hamil kali ini mimpi naga?!)
"Pertamanya naganya kecil...lalu masuk ke hidungnya Ummi..."
"Makin dalam, lama-lama membesar, tambah kedalam, sampai Ummi nggak bisa nafas!" kata Ummi sambil telunjuknya dimasukkan ke lubang hidung sebelah kanan, mendongak, dan memperagakan seolah tengah sesak nafas.
(Aku terduduk dari selonjorku yang tadi...serius nih!)
"Ummi nggak bisa nafas Bi!" tambahnya kemudian.

"Begitu Ummi terbangun, kelingking si Abang ada di lubang hidungnya Ummi!"
"Dimasukkin daleeeem banget!" kata-kata Ummi mulai tidak beraturan, ditimpali ketawanya sendiri.
"Sampe Ummi emosi, tangan si Abang Ummi ceplés!" kali ini dengan tertawa penuh.

Sejak kecil, Ray memang terbiasa untuk tidur dengan memasukkan jari kelingkingnya ke lubang hidung Ummi. Lebih parah lagi saat Ray disapih. Seolah inilah pelariannya karena sudah tidak menikmati ASI.

Yang nggak bisa aku terima...sudah hampir 4 tahun Ummi selalu tidur dengan hidung terisi jari si Abang, kenapa mimpi Naga kok baru sekarang...gitu Looh?!
(mengucapkan "Gitu Loh!" harus seperti yang diucapkan iklan sepatu Bata)

Ummi...Ummi...Pliss deh!
(mengucapkan "Pliss deh!" sama seperti yang diucapkan si Alam)

Friday, July 02, 2004

Sang Penengah.

Matahari belum lagi menciutkan bayangan yang jatuh dari benda diatasnya. Tidur subuhku pupus, lamat kudengar keributan antara Ummi dan Ray dari dapur. Hmmh...seperti biasa, ritual yang sudah-sudah, sebelum tulang punggungku tegak menopang badan dengan bangun terduduk dari rebah, kupanggil keduanya yang kebetulan tengah berseteru kata itu untuk kemudian kupeluk.

"Abbi sudah bangun?" sontak Ray sambil ber-larilarikecil dari dapur menghampiri dan terbenam di pelukanku. Kedua tangan mungilnya menyodorkan kostum Batman kesayangannya padaku. Ummi menyusul 10 detik kemudian. Bergurat kesal diwajahnya. Kuberi Ummi senyuman pertama untuk hari ini, untuk kemudian kupeluk.

Mhhh...aku bangkit untuk duduk,"Ada apa sih, kok Abang bikin Ummi marah?"
Ray menyodorkan lagi kostum Batman-nya. Tanpa berkata apa-apa, cemberut ia.
"Bau-in deh Bi, masak sudah di keranjang cucian kotor masih mau dipake juga?" kata Ummi sedikit kesal.
"Hmmh...bau apek nak, biar Ummi cuci dulu yah?" ujarku memberi pengertian.
Ray mengguncang-guncangkan pundaknya, alisnya menyatu, mulutnya manyun..."Kan bisa disemplot pake Kispley!"
"Kispray itu dipakai kalau mau disetrika, nak..."
"Baju Abang kan nggak kusut, nggak pellu disetlika!" kata abang ngotot.
"Abaang...baunya itu karena ada kuman...bauin deh." seraya menyodorkan kostum Batman dekat kehidung Ray.
Ray tidak mau membaui bajunya, matanya mulai berair, "Abang mau main, Bi. Diluar ada anak-anak."

"Hmmmmh...ya sudah, sini Abbi pake-in, tapi sesudah main langsung diganti ya bajunya." dibalas anggukan girang si Ray.
"Mi, besok-besok...baju ini kalo habis dipakai dan sudah bau, langsung direndem aja. Daripada diambil lagi dari keranjang cucian," kataku sambil memakaikan kostum Batman.
Masih kutangkap sisa kesal di wajah Ummi. Sejurus, banyak pesan yang keluar dari mulut Ummi untuk Ray. Jangan nakal, jangan rebutan mainan, jangan masuk rumah orang tanpa permisi, jangan..., jangan..., (dan terakhir...) Adzan Lohor pulang!

Masih dengan ber-larilarikecil, Ray menuju pintu depan untuk keluar dan bermain. Aku menyusul dibelakangnya, melihat suasana permainan mereka sesaat, ada Dimas yang tengah bermain sepeda roda tiga dan David menemani. Tampak girang ia. Kututup pintu.

Kuraih remot TV, huh infotemen, kumulai dari nomor terkecil, infotemen lagi...ganti lagi...infotemen lagi...ganti lagi, ada apa di Indonesia ini?!
Aaahh...Sopia Lacuba ngerusak rumah tangga orang lagi...ah periblis dengan infotemen.

Mataku terselamatkan di TVRI, yang membahas tuntas tentang Film-film perang Amerika.
Tenang untukku 30 menit kedepan.
Ummi menghampiri dengan segelas teh panas di tangan.
"Masak apa Mi?" kataku sambil meraih gelas itu.
Belum sempat Ummi menjawab, dari luar terdengar tangis anak kecil yang telah ku kenal akrab 4 tahun terakhir.
"Ray kenapa tuh Bi!" sergah Ummi menyelidik. "Liatin Bi!" tambah Ummi.
Bergegas ku buka pintu, kulihat keluar. Tampak Ray menangis keras sambil berjalan ke arah rumah dan memegangi kepalanya. Begitu mata kami bertatapan, tampak Ray sedikit terkejut melihatku ada di balik pintu yang tidak kubuka lebar. Kemudian Ray berbalik badan, berbalik langkah...menuju sumber masalah.
3 meter dari tempat Ray berdiri, ada dua orang anak seusianya terlihat berlari menjauh dari tempatnya membuat masalah, Dimas dan David. Sementara Ray tetap berjalan ke arah mereka berlari.
Kuputuskan untuk melanjutkan menonton TV, selesaikanlah dengan baik nak harapku dalam hati.

Setelah mengambil jilbab dibelakang, Ummi bergegas keluar untuk mencari tau permasalahan. Berbicara dengan tetangga dewasa yang kebetulan menjadi saksi mata.

David ingin meminjam sepeda Dimas, mereka berdua berebut sepeda, Ray mencoba melerai.
Dimas memukul kepala David.
David membalas memukul Dimas...pukulan David mengenai kepala Ray..
kepala Sang Penengah.
Ray menjerit kesakitan, kedua anak itu takut, dan berlarian.

Kusambut dengan senyum saat Ray masuk rumah dituntun Ummi.
Kucoba mencari tahu versi Ray.
Tidak jauh berbeda dari keterangan Ummi...
Ditambah kesimpulan Ray sendiri,"Abang nangis tapi menang Bi!"

"Nak, Menjadi petarung itu hanya SATU yang harus diwaspadai...yaitu lawanmu!"
"Sementara menjadi penengah itu ada TIGA yang harus diwaspadai...yaitu; ke satu dan kedua adalah orang yang tengah berseteru, dan yang ketiga adalah melawan dirimu sendiri!"

I Love you, Nak!