Tuesday, June 08, 2004

dari Notepad di Yahoo!

Selasa, 30 Maret 2004
Hari ini aku selesaikan komik Palestine#1-ku di kantor (thank's to Ummi-ku sayang! Dia yang membuat komik itu tak tertinggal di rumah), baca dirumah? Mana bisa! Aku akan selalu tergoda untuk mengganggu Ray yang juga jahil.

Sementara Ray?
- Ia ngobrol banyak dengan Utti-nya via telpon genggam Rabu malam (29/3), pesannya pada U'ut (panggilan sayang dari Ray untuk mertuaku): tonton AFI ya Ut! Ingat, ketik AFI ...spasi, BATMAN.
- Ia sudah bisa (lancang) berbagi kentut denganku lewat kepalan mungilnya. (Huh...siapa juga yang ngajarin!).
Ia akan selalu bilang kalau (sudah) kentut. (Terlambat nak, kami tidak pernah diberi kesempatan untuk menyelamatkan hidung kami).
- Ia berteriak memaki kucing yang mengorek tas plastik berisi sampah yang di titipkan Ummi untuk ia buang di depan rumah.
"Hoooi...JANGAN....Hoooi...KUCING!...Nggak Boleh!"
- Mulanya lantaran protes, lalu mainin pintu...terjepitlah jari tengah tangan kanannya. Dia berusaha keras untuk menahan tangis, walau airmata mulai berlinang. Dengan pasang muka jutek+bete dia bersembunyi dibalik tirai jendela depan (sekitar 5 menit). Lalu (untuk 15 menit kemudian) tetap "keukeuh" menolak menunjukkan jari mana yang tadi terjepit.
(Ray? Gwe Banget!).
- Ia membalas memukul Nia saat bermain kerumahnya, setelah sebelumnya mendapat pukulan di wajah. (Dear God!)


Rabu, 31 Maret 2004
Hari ini aku selesaikan komik Palestine#2-ku. (Ada lagi?)
Semalam menu Fu Yung Hai ala Vita (entah gimana penulisannya-tapi aku hafal rasanya).
Tak sempat aku menjemput Ray dari sekolah, bangun siang, tidur setelah Subuh.

How about Ray?
- Ia bantu Ummi-nya buang sampah seperti biasa, tapi 2x keluar-masuk bawa tas plastik itu.
Hampir menangis ia debat sama Ummi. Alasannya, "Kalau ditaluh di depan nanti sampahnya diselobot kucing kayak kemalin!"
(DISEROBOT? dari mana dia dapat kata itu?)
Setelah diberi pengertian (Ummi sedikit ngotot), Ray akhirnya menurut untuk meletakkan tas plastik putih berisi sampah itu didepan rumah.
- Ia merajuk, "Bi, abang diantelin beli pesawat Sukhoi dong." (Tenang nak aku beli'in).
- Ia terbangun dari tidur siangnya karena gaduh diluar.
Sungguh, ia lebih berani dariku untuk menghardik anak-anak tetangga.
Tanpa basa-basi ia keluar rumah dan teriak, "Hey...blisik!" "Hey...jangan belisik...abang lagi bobok!"

"Dengan Ray, selalu ada yang mengejutkan setiap harinya."
I Proud of you son!


Minggu, 4 April 2004
Menginap di Mama Etha, Paginya ke Sogo Jongkok untuk mencari rompi (kostum untuk karnaval 21 April) plus pesawat Sukhoi untuk Ray. Tampak senewen ia pada setiap pedagang mainan yang kami lewati, mainan yang dicarinya belum juga ketemu.
Sambil berjalan cepat didepan ia memegang tangaku, gesit menyusup jubelan pembeli lain.
Alhamdulillah akhirnya aku dapatkan pesawat itu, 5 ribu rupiah...sekalian aku borong 4 buah (mungkin sisanya suatu saat bisa buat kado).
Belakangan aku tahu mainan itu seharga 32 ribu rupiah di toko yang menjual barang dengan konsep serius.

Ondel-ondel

Dung crek...dung-dung crek...(berulang-ulang)

Si abang yang masih enggan bangun dari tidur siangnya tiba-tiba terduduk. Bangkit dan berlari ke dapur. Berbalik badan dengan mata yang pupilnya membesar meluncur pertanyaan,"Suara apaan emangnya itu Mi'?" Sebuah pertanyaan menghibur diri yang berkesan..."Sebetulnya Abang nggak takut!"
Karena irama monoton itu sudah dikenalinya bahkan sering dia tirukan untuk menakut-nakuti dedek Nia.
Dung crek...dung-dung crek...
Tidak akan berhenti hingga dedeknya pasang muka panik dengan kedua tangan menutup mulutnya dan teriak, "Ondel-ondeeeeeel...Abaaaaaaang...Takuuuuuuut!"

Dung crek...dung-dung crek...
Kali ini pemeran aslinya mendekati pintu rumah.
Sengaja saat aku memberikan uang recehan, pintu rumah aku buka lebar-lebar agar ondel-ondel terlihat dari dapur.
Topeng kayu lebar berpahatan kasar dengan kumis ijuk memanjang di kedua sisinya, mulut menganga, berpakaian daster lusuh, jalan terhuyung...
Hm...cukup menakutkan...
Halaman rumah kontrakan yang biasanya riuh, mendadak sepi-pi. Tampak satu dua ibu-ibu memperhatikan langkah ondel-ondel. Semua pintu tertutup rapat-rapat.

Dung crek...dung-dung crek...(berhenti...)
"Terimakasih pak!" ucapnya sambil menunduk hormat, saat aku berikan recehan itu yang disambut uluran tangannya yang keriput. Kulempar senyum...walaupun terhalang topeng seram, aku merasa yakin bahwa senyumku terbalaskan.

Dung crek...dung-dung crek...(lagi...dan berulang-ulang)
Sambil menutup pintu, sudut mataku melirik ke arah dalam. Tampak Abang mematung dengan pupil mata yang belum berubah.
Sedari tadi, ternyata Ummi telah berkali-kali menawarinya pelukan. Dan, berkali-kali pula ditolak oleh si sok berani ini.

Kudekati si Abang, kutempelkan telingaku ke dadanya...
Dug..dug..Dug..dug..Dug..dug..Dug..dug.....
"Abang masih takut?" tanyaku.
"Enggaaaaaak!" jawabnya sambil menggeleng cepat dan melotot.

Hm....yo wis....

Masih bawaan orok

Hm...nyaris sebulan aku nggak nengokin "Sekecil Kacang" ini.

Kesibukanku dalam rangka melayani kebutuhan ngidam si Ummi.
Adiknya si Abang ini kelihatannya kolokan banget, nggak bisa tidur kalo perutnya nggak dielus-elus Abbi-nya. So...aku harus rajin pulang cepat, dan bawa pulang pesenan yang dimau Ummi. Mulai dari mpek-mpek di perempatan perdatam, tabloit Saji terbaru, Majalah memasak, Asinan di depan Alfa, buah melon, dan yang terbaru...pisau cukur (Ummi nggak suka kalo diatas bibirku ada kumis sedikitpun).
"OK...fine!"

Kita Flash Back aja kali ya...
Biar aku ingat-ingat...

Sehari setelah kepastian bahwa benihku berpelukan di indung telurnya Ummi, aku tebar sms bahagia ke Papah di Singosari, Bapak/Ibu Mertua di Situbondo, kakak/adik yang bertebaran di Malang, Surabaya, dan Denpasar.
Dikantor...
Orang pertama yang aku kabari, Om Punto via Yahoo Messenger.

Sepulang kerja...
Mi' potongin rambutku dong.
Kata-kata itu nyaris 2 tahun nggak pernah aku ucapkan. Rasanya dengan ber-Sujud Syukur saja kok masih kurang afdol bagiku atas KaruniaNya yang satu ini.
Dan...dari pukul 23.30 hingga 02.15 Ummi babat rambut gondrongku.

Kwinta with a new haircut!
Saat aku menjemput Abang di sekolah, mulai dari masuk pagar hingga pintu kelas si Abang, mata ibu-ibu yang menjemput dan menunggui anak-anaknya tertuju padaku sambil senyam-senyum dan berbisik ke sebelahnya. Bisa ku cuman cengar-cengir, menunduk, dan ngeloyor cepat. Diantara para siswa Kelompok bermain hingga TK, memang CUMA aku Ayah yang rajin ikut menunggui putranya di luar kelas (bagiku menyesal rasanya kalau hanya tahu tingkah polah si Abang di sekolah hanya melalui cerita Ummi). Dari luar, melalui jendela kaca kelas aku bisa dapatkan banyak momen yang nggak mungkin terulang dan tak terbayar oleh apapun.
Ampun...mereka lagi ngomongin rambut baruku!

Mamanya Aksa menyusul Ummi kedalam kelas, "Mama Rayhan, tuh dicari pacar barunya tuh diluar!"
Di pintu kelas mamanya Billa nyeletuk, "Tuh kan bener tebakan gue, Bang Ray mau punya dede kan?
Mamanya Andien nambahin, "Pantesan Papanya makin sering nganterin ke sekolah, elu lagi mabok-maboknya kan?"
(Karena Ummi ber morning sicknes-ria, maka yang nganter si Abang sekolah siapa lagi? Me dong! Mau pake babysitter dari Hong Kong? Ntar malah ngomong, Hap! "Tji tji haw, tse tse tji tji haw.")

Menyadari kedatanganku si Abang berdiri sambil menunjuk ke arahku dan berteriak,"Bu Nunung...bu Nunung...tuh Abbi tuh, rambutnya dicukur!"
So...wajah cantik guru anakku itu memerah.
Kami saling bertukar senyum...
Whuaaaaah! Ting...ting...