Sunday, August 01, 2004

Nonton Bareng

Minggu 1 Agustus 2004

Hari ini adalah hari pertama dalam sejarah hidup Ray nonton bioskop dan untuk pertama kalinya kami nonton bareng bertiga.
Setelah sekian lama menunggu Film bioskop yang boleh dan pantas Ray tonton, pilihan jatuh pada Film Spiderman 2.
Jauh-jauh hari sudah aku rencanakan, dan tanya teman-teman yang sudah nonton, seberapa pantas ditonton oleh Balita. Agak ragu sebetulnya...tapi kapan lagi? Spiderman gencar di iklankan di TV. Sebelum nontonpun, tingkahnya sudah bikin geleng-geleng kepala. Jari tangannya sudah fasih menirukan Spidy ber "Ziiiiip!" meluncurlah jaring laba-labanya...
Ray bisa merangkak dari ruang tamu ke dapur...meloncat dari atas bangku belajarnya...dan lagi..."Ziiiiip!"
Dan saya? Tentu saja kebagian jadi Octopus...
Kalau sudah begini, Ummi kebagian melerai.

Kami menonton pertunjukan yang jam 15.00
Sebelum menonton, Ray diwanti-wanti untuk pipis dulu. Selalu dia tolak, karena ditanya berulang-ulang, "Bang pipis dulu yuk." Akhirnya kesal juga dia...berteriak, "NGGAAAAAAK!" lalu manyun dan menyilangkan kedua tangan di dadanya.
Setelah loket buka, kuajak dia ikutan antre tiket. "Kayak mau naik baswe," katanya.
Begitu pintu teater dibuka, segera kami masuk. Kuberikan tiket pada Ray untuk di serahkan pada embak penjaga pintu masuk.
Saat mencari bangku, mulut mungilnya nyerocos mempertanyakan banyak hal.
"Tiketnya kok dilobek sama embaknya?"
"Lho Spidelmennya mana?"
"Kita ini mau ngapain sih Bi?"
"Tivinya mana?"

Setelah mendapatkan tempat duduk, H7-8-9 (Ray duduk ditengah) mulailah ia mengamati sekeliling...
Ummi membantu abang melepas sepatu, agar bisa berdiri atau apapun, karena bangku yang ini terlalu lebar buatnya.
Hingga saat lampu dipadamkan, tangannya menarik lenganku kearahnya,"Bi...lampunya kok dimatiin?"
"Kalau lampunya dinyalain, gambar yang di depan nggak kelihatan."
"Tuh lihat yang dibelakang, gambar yang didepan itu di senter dari belakang situ." sambilku menunjuk ke arah Proyektor.
(Slide "Selamat Menonton" dilayar)
Ray melihat ke layar di depan lalu ke proyektor dibelakang berulang-ulang, ku biarkan.
Film segera diputar, Ray masih sibuk dengan rasa ingin tahunya.
"Bi...kok ada embaknya di belakang situ?"
Aku ikut menengok kebelakang, tampak diruang operator ada embak yang tadi menyobek tiket di pintu masuk.
"Oh itu orang yang muterin filmnya Bang."
"Pleyelnya dimana bi?" (Player maksudnya...)
"Ya itu playernya nak."

Saat layar menampilkan gambar penuh, makin nerocos ia...
"Tivi nya gede banget bi!"
"Itu layar nak."
"Layan?"
"Laaa yar!" kutinggikan suaraku (Suara gelegar dan dentuman mulai silih ganti)
"Oh...Layal!" jawabnya sambil mengangguk.
"Kayak perahu?"
"Ya!" jawabku singkat karena terpecah perhatian antara menonton dan menjawab pertanyaannya.
"Olangnya juga gede-gede ya bi?"
Aku mengangguk sambil senyum kearahnya.

Sesekali aku menjelaskan jalan cerita yang tengah kami tonton, karena ia tampak sebal dengan percakapan. (habis gimana dong, bahasa...Inggris, teks...belum bisa baca).
Saat adegan lucu, spontan aku tertawa, Ray akan dengan cepat bertanya, "Bi, kenapa ketawa bi?"

Ada adegan dimana Petter Parker pulang ke apartemennya yang dekat dengan rel kereta api. Di dalam kamar Petter sedang termenung, lalu ada suara kereta api melintas dari sebelah kanan belakang menuju kedepan. (Dilayar tidak ada tampilan kereta api sama sekali). Hanya suara!
Ray menengok ke kanan atas dari belakang...terus hingga ke depan kembali menatap layar.
"Keleta apinya mana bi?"
"Rumahnya kan deket rel kereta api...tadi ada kereta api yang lewat."
"Ooo."

Menjelang usai, ku pakaikan lagi sepatu Abang.
"Lho kok sepatunya dipake?"
"Filmnya mau habis bang."

Lampu mulai dinyalakan, masih redup. (dilayar melaju kredit titel)
Penonton lain meluncur menuruni bangku penonton, aku menggendong Ray ke arah deretan bangku paling atas, deretan bangku A.
Sambil sibuk aku menunjuk dan menjelaskan, "Itu tadi proyektornya...ada 3, muterin filnya gantian, dari sini disenter ke depan sana di layar, dan itu spikernya yang ngeluarin suara kereta api, suara tembakan, macem-macem. Tuh ada berapa spikernya, 1-2-3-4-5-6...banyak kan?"
Ummi berdiri tetap di deretan banku H, menunggu kami berdua turun.
Ray kuturunkan dari gendonganku, ia masih menengok ke belakang, "Bi...itu embak yang tadi masih disitu bi!"
Tampak dari lubang tempat proyektor paling kanan wajah perempuan tadi mengawasi aku dan Ray yang keluar belakangan.
tepat dibawah...didepan layar, sejenak aku ajak Ray untuk memperhatikan layar.
Agar ia tahu bedanya layar bioskop dengan layar pada perahu.
"Tadi disenter kesitu ya bi?"
"Gede' ya bi?!"
"Nah akhirnya kamu tahu!" kataku dalam hati.

Diluar belum terlalu gelap (17.00)
Ray...cara jalannya berubah!
Berlari mendahului kami orangtuanya, kemudian berhenti mendadak, membalikkan badan dengan kaki kuda-kuda agak lebar, dan...tangan mungilnya menirukan..."Ziiiiip!" tangan kiri "Ziiiiip!" tangan kanan. Lagi...dan lagi.
Tingkahnya mengundang senyum penonton lain yang tersisa dan orang lain yang kebetulan melihat.

"Nak, bila kelak kamu memiliki kemampuan lebih, tetap rendahati ya seperti Petter Parker tadi."

Amien!


1 comment:

Intan Bayduri said...

Coba ajak nonton Robot, pesannya bagus untuk anak2 ^_^